BUGIS nama suku bangsa di Indonesia yang berawal kehadirannya di Sulawesi Selatan, walau kepastian tentang awal mula munculnya Orang Bugis di Wilayah Bone atau Wajo, masih diperdebatkan dan membutuhkan penelusuran sejarah yang mendalam. Tetapi sebagai suku bangsa, Bugis memiliki warga yang terbesar jumlahnya di Sulsel, mendiami wilayah paling kurang 10 kabupaten secara khsusus dan menyebar
Razan 29 Juni 2021 32 Dilihat. Kamus Bahasa Bugis, Sejarah Bugis. Bahasa Bugis adalah dari rumpun bahasa Austronesia yang dipakai oleh suku Bugis. Bahasa itu banyak dipertuturkan di Sulawesi Selatan, terlebih Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Majene, Luwu, Sidenreng Rappang, Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai, Pinrang, Kota Parepare dan beberapa
Semuanyabenar namun penyebutan ketiga nama tersebut masing-masing mempunyai kisah dan rentang waktu yang berbeda. Awalnya dinamakan Songkok Recca ketika Raja Bone Ke-15 Arung Palakka menyerang Tanah Toraja (Tator) tahun 1683 hanya berhasil menduduki beberapa desa di wilayah Makale-Rantepao. Serat-serat tersebut dalam bahasa Bugis Bone
JurnalKebudayaan Islam. ISLAM DALAM PERUBAHAN NAMA DIRI SUKU BUGIS Aslan Abidin Universitas Negeri Makassar. Jl. A. P. Pettarani, Makassar 90222 Telp: +62-411869834 aslanabidin01@ +62-81242244700 Abstract Abstract: Ths research studied the proper name of Bugis tribe as a symbol of oral and written language.
SitusSejarah Bugis Bone. Situs Sejarah Bugis Bone merupakan lokasi atau tempat yang menjadi sejarah bagi rakyat Bugis Bone dan juga menjadi bagian tempat sejarah negara Indonesia. Lokasinya disekitar Watampone Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Bugis merupakan suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero.
KabupatenBone (Bugis: ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨅᨚᨊᨙ) adalah salah satu Daerah otonom di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Watampone.Berdasarkan data Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2021 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik kabupaten Bone, jumlah penduduk kabupaten Bone tahun 2021 adalah 801.775 jiwa, terdiri atas 391.682 laki‐laki dan
Mengaplikasikan peran museum sebagai pelestarian benda-benda peninggalan sejarah dan budaya masyarakat bugis Bone. - Mengkomunikasikan koleksi sebagai bukti sejarah budaya masyarakat bugis Bone (Sulsel) - Menyelenggarakan kegiatan edukatif dan kreatif yang atraktif. - Memberikan pengalaman yang menyenangkan dan prima bagi pengunjung
Dibugis di kenal nama yang menjadi ciri khas gelar kebangsawanan seperti Andi, Baso, Besse atau Tenri. Andi untuk keturunan bangsawan asli yang paling tinggi tingkatannya atau kedua orang tuanya adalah Andi maka secara otomatis maka anaknya juga bergelar Andi sedangkan jika orang tuanya cuma satu maka di beri gelar Baso untuk laki-laki dan
Bonedahulu disebut TANAH BONE. Berdasarkan LONTARAK bahwa nama asli Bone adalah PASIR, dalam bahasa bugis dinamakan Bone adalah KESSI (pasir). Dari sinilah asal usul sehingga dinamakan BONE. Adapun bukit pasir yang dimaksud kawasan Bone sebenarnya adalah lokasi Bangunan Mesjid Raya sekarang letaknya persis di Jantung Kota Watampone Ibu Kota
Namanama Binatang dalam bahasa bugis dirangkai menjadi lirik lagu dari Lagu Seventeen "Kemarin". Nama binatang yg diambil adalah yg betul2 memiliki nama kha
2rBBw. Bahasa Bugis merupakan salah satu rumpun bahasa Austronesia yang juga merupakan bahasa asli masyarakat suku Bugis. Bahasa tersebut sangat populer di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah seperti Maros, Pangkep, Majene, Bone, dan masih banyak lagi. Dapat dikatakan bahasa Bugis merupakan salah satu bahasa yang populer di Sulawesi. Bagi kamu yang ingin mengetahui kosakata-kosakata dalam bahasa Bugis, mungkin kamu dapat mempelajari nama-nama hewan terlebih dahulu. Berikut 10 nama-nama hewan dalam bahasa Bugis yang menarik untuk dipelajari. 1. Hewan kerbau dalam bahasa Bugis dapat disebut dengan "tedong"ilustrasi hewan kerbau "Bembalak" yang ditulis bembala' merupakan bahasa Bugis dari hewan domba, lhopotret hewan domba Dalam bahasa Bugis, hewan kuda dapat disebut dengan "nyarang" atau "annyarang"ilustrasi hewan kuda Couleur4. Unik, "Bembek" yang ditulis bembe' merupakan sebutan bagi hewan kambing, lhoilustrasi kambing Kalau "jonga" merupakan sebutan untuk hewan rusailustrasi hewan rusa Baca Juga Ngegas, 10 Meme Bahasa Inggris vs Bahasa Daerah yang Bikin Ngakak 6. Sudah tahu bahasa Bugis untuk babi? Kamu dapat menyebutkan dengan "bawi"ilustrasi hewan babi Mirip bahasa Jawa, "asu" merupakan sebutan bahasa Bugis untuk hewan anjingilustrasi anjing Sangat unik, kucing dalam bahasa Bugis dapat disebut "meong" atau "coki"ilustrasi hewan kucing Kalau monyet dalam bahasa Bugis dapat disebut dengan "balesu" atau "balawo"ilustrasi monyet Kalau "bale" merupakan untuk ikan dalam bahasa Bugisilustrasi ikan itu dia 10 nama-nama hewan dalam bahasa Bugis yang menarik untuk dihafalkan. Bagi kamu yang sedang belajar bahasa Bugis, semoga dapat menambah wawasan kamu ya. Semoga bermanfaat! Baca Juga 10 Meme Bahasa Inggris vs Bahasa Daerah, Dari Medan Paling Ngakak! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Bahasa Bugis ᨅᨔ ᨕᨘᨁᨗ merupakan bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Sulawesi Selatan. Sama dengan bahasa Makassar, Bugis juga menggunakan aksara lontara' yang diperkirakan telah digunakan sejak abad ke-17 silam. Adapun aksara yang berlaku saat ini adalah hasil transformasi ke bentuk yang lebih bahasa Bugis tersebar luas terutama di Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Sidrap, Luwu, Soppeng, Wajo, Bone, Pare-pare, Pinrang, dan sebagian besar wilayah Bulukumba dan Sinjai. Meski pelafalan bahasa Bugis sering dianggap sulit, tetapi gak sedikit juga yang cenderung mudah dan mudah dilafalkan bagi non penutur, lho. Simak beberapa nama-nama buah dalam bahasa Bugis berikut ini, yuk!1. LifestyleBuah serbaguna ini sering digunakan sebagai santan, minyak, minuman, toping kue, hingga rempah yang membuat gurih masakan. Dalam bahasa Indonesia buah ini disebut kelapa, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut dengan kaluku ᨀᨒᨘᨀᨘ. Gak bikin lidah terbelit, 'kan? 2. menjadi salah satu buah primadona bagi karena perpaduan rasanya yang asam-asam manis. Mudah ditemui di Sulawesi Selatan saat bulan Februari-April, dalam bahasa Bugis buah ini disebut dengan lasse' ᨒᨔᨛ. Huruf "e" di akhir kata dibaca e pepet, dalam berbagai jenis selalu cocok dijadikan rekomendasi buah untuk ngerujak. Kandungan vitamin C-nya pun sangat tinggi. Secara umum, jambu dalam bahasa Bugis disebut jampu ᨍᨄᨘ . Letak perbedaan hanya pada huruf "b" yang diganti dengan "p". Mudah banget! Baca Juga Mitos Bugis Orang Punya Kembaran Buaya, Benarkah? 4. Utti atau HarrisonSama serbagunanya dengan kelapa, pisang menjadi buah primadona untuk dijadikan kue atau sekadar camilan. Jauh berbeda dengan namanya dalam bahasa Indonesia, pisang dalam bahasa Bugis disebut utti ᨕᨘᨈᨗ atau otti ᨕᨚᨈᨗ.Selain itu, daerah seperti Pinrang dan Sidrap memiliki kosakata berbeda dengan menyebut kata loka ᨒᨚᨀ sebagai pisang. Unik banget, ya! 5. KumarBuah andalan buat ngerujak, apa lagi kalo bukan mangga. Saat matang pun enak dimakan langsung maupun dibuat jus. Dalam bahasa Bugis, penyebutannya sangat simpel karena hanya terdiri dari 3 huruf, yakni pao ᨄᨕᨚ. Anti ribet-ribet klub! 6. LarkSelai nanas selalu enak sebagai salah satu bahan pembuat kue. Kandungan air yang banyak dari buah ini juga mampu untuk sekadar melepas dahaga. Dalam bahasa Bugis, nanas atau nenas sering disebut pandang ᨄᨉ. Gak ada hubungannya dengan daun pandang lho, ya!7. tangan yang suka makan gorengan! Ya, buah sukun jadi salah satu daftar buah yang enak dijadikan camilan. Selain itu, buah ini juga cocok diibuat sebagai sayur. Oleh masyarakat Bugis, sukun disebut baka ᨅᨀ. Simpel banget!8. yang dibudidayakan saat musim kemarau ini selain bisa dimakan langsung, bisa juga dibuat es buah. Kandungan air yang cukup banyak serta rasanya yang manis bisa menuntaskan dahaga. Dalam bahasa Bugis, semangka disebut bandike ᨅᨉᨗᨀᨙ.9. CardenasSelain karena rasanya yang manis, buah ini memiliki kandungan vitamin A yang baik untuk kesehatan mata. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan pepaya, sedangkan dalam bahasa Bugis dinamai dengan kaliki ᨀᨒᨗᨀᨗ. Super unik! Itulah sembilan nama buah dalam bahasa Bugis yang mudah untuk dilafalkan dalam kehidupan sehari-hari. Meski kini penggunaan aksara lontara sudah minim, tetapi sebagai generasi muda kita jangan sungkan untuk melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya ini. Yuk, belajar bahasa Bugis! Baca Juga Mirip Bahasa Indonesia, 6 Kata Ini Berbeda Arti dalam Bahasa Banjar IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
SEJARAH Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata 'Bugis' berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Tiongkok bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware Yang dipertuan di ware adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. PERKEMBANGAN Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan sawitto Kabupaten Pinrang, Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. MATA PENCAHARIAN Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan. HUBUNGAN ASPEK SEJARAH Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad 16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Komunitas Bugis hampir selalu dapat ditemui didaerah pesisir di nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Filipina, Brunei dan Thailand. Budaya perantau yang dimiliki orang Bugis didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan. Kepiawaian suku Bugis-Makasar dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb atau setingkat Kecamatan, yang bernama Maccassar, sebagai tanda tangan penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka. BUGIS PERANTAUAN Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah suburb yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka. PENYEBAB MERANTAU Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan. MASA KERAJAAN KERAJAAN BONE Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue. Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa tanete riattang, matoa tanete riawang, matoa macege, matoa ponceng. istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa Arumpone gelar raja bone ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat KERAJAAN MAKASSAR Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar Gowa kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini Gowa & Tallo kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar Gowa. KERAJAAN SOPPENG Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng. KERAJAAN WAJO Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina Pammana beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo. Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-masing La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi Arung Cinnotabi IV. setelahnya, kedua putranya menjabat sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe. Setelah mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi dan rakyatnya bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. adapun rajanya bergelar Batara Wajo. Wajo dipimpin oleh, La Tenribali Batara Wajo I bekas arung cinnotabi V, kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi Arung Matowa Wajo hingga adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia arm KONFLIK ANTAR KERAJAAN Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "tellumpoccoe".